Selasa, September 25, 2007

Pernik Kehidupan Masyarakat Kejawen





Judul Buku : Dunia Mistik Orang Jawa
Penulis : Capt. R.P. Suyono
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Cetakan : I, Mei 2007
Tebal : vii + 280 hlm
Peresensi : A. Qorib Hidayatullah*


Meski pola berpikir masyarakat Jawa saat ini terkategori rasional, akan tetapi masih ada sebagian masyarakat Jawa berkeruh dengan sentuhan-sentuhan mistik. Misalkan, mengenai keyakinan mistik yang dianut orang Jawa, beragam agama dan kepercayaan, dunia roh, benda-benda magis, ritual, perhitungan waktu, ramalan Jayabaya, serta tempat-tempat angker yang masih terdapat dipulau Jawa hingga sekarang.


Mistik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah hal-hal ghaib yang tidak terjangkau oleh akal, tetapi ada dan nyata. Para antropolog dan sosiolog mengartikan mistik sebagai subsistem yang ada pada hampir semua sistem religi guna memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan bersatu setia dengan Tuhan. Mistik merupakan keyakinan yang hidup dalam alam pikiran kolektif masyarakat.


Tak jarang kita temui buku, majalah, dan tayangan-tayangan televisi yang berbau ilmu sihir, ilmu hitam, dunia mistik, ataupun berbagai kejadian aneh. Tayangan cerita itu pun mendapat sambutan hangat dari pemirsa serta pembaca. Ironisnya, tayangan dan bacaan semacam itu hanya untuk tarung kepentingan komersial semata.


Buku Dunia Mistik Orang Jawa, yang disadur oleh Capt. R.P. Suyono dari karya H. A. Van Hien dengan judul asli bahasa Belanda, De Javansche Geestenwereld, menjelaskan seputar dunia mistik Jawa. Sebab, manuskrip kuno semacam ini cukup sukar dan tergolong langka ditemui pada dunia pustaka kita saat ini, bahkan nyaris punah keberadaannya. Maka dari itu, Capt. R.P. Suyono, merasa berkewajiban menyalin ulang naskah tersebut guna memaparkan sejarah pergulatan masyarakat Jawa mulai dulu hingga sekarang dalam dunia roh, ritual dan magis.


Misalkan, cerita kepercayaan masyarakat animis. Animisme merupakan kepercayaan bahwa semua yang berada di alam mempunyai jiwa. Oleh kaum animis, jiwa dan roh di imani dapat menggerakkan semua benda di alam. Dengan begitu, terbentuklah kepercayaan bahwa segala sesuatu yang berasal dari alam lewat pengaruh roh dapat menghadirkan kebahagiaan dan kecelakaan.


Tak hanya itu saja. Di Jawa, orang Animis atau Tiang Pasek memiliki kepercayan sendiri mengenai kehidupan sesudah mati, yang tentu berbeda dengan sudut pandang kepercayaan umat Islam. Ilustrasi ini diperoleh dari tulisan kuno dalam kitab Kadilangu. Serat Kadilangu menjelaskan, bahwa Atma atau Kekuatan, dan Kama atau Kemauan, serta Prana atau Nafas, bersama-sama menghidupkan badaniah dari manusia.


Selain itu, badaniah manusia juga menerima Manas atau Jiwa Pemikir yang bersama dengan Manasa atau Pengertian, serta Jiwa atau Roh Manusia secara utuh menjadi satu badan astral manusia atau Kama Rupa, berarti tubuh yang diinginkan. Menurut tulisan lain, bumi berikut binatang, pepohonan, tumbuhan, rerumputan, biji tambang, batu, dan pusaka-pusaka mempunyai jiwa dan roh.


Ritual Sesajian
Masuknya berbagai agama pra Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat-istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari masyarakat Jawa. Keyakinan wujudnya Tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, demit, roh-roh alam, roh manusia, berbagai jenis hantu, turut mewarnai sosio-religius masyarakat pulau Jawa. Sehingga, bercampurnya kepercayaan mengenai penyebab realitas kehidupan dan kepercayaan kekuatan mistik melahirkan berbagai tahayul.


Salah satu fenomena yang lahir dari kepercayaan terhadap Tuhan, dewa-dewa, rasul atau hantu-hantu adalah pemberian sesaji. Misalkan, bentuk sesaji seperti: Selamatan, Penulakan, Wadima, dan Sedekah (hlm 132). Bagi masyarakat Jawa, sesajian dapat dipilah menjadi empat jenis tersebut. Salah satu jenis sesajian yang dianggap istimewa oleh suatu masyarakat Jawa, belum tentu dianggap istimewa oleh masyarakat Jawa lainnya.


Sesajian selamatan dan penulakan terdiri dari makanan yang telah ditentukan. Pada penulakan, saat upacara disertai dengan kegiatan membakar kemenyan dan mengucap doa serta mantra-mantra sebagai bentuk penolakan terhadap setan atau roh yang mencelakakan. Sementara wadima dan sedekah cukup terdiri dari kembang-kembang yang ditempatkan diatas air dalam bejana, disertai dengan kue-kue dan makanan sekadarnya.


Biasanya, malam Jum’at adalah malam spektakuler bagi orang Jawa dalam hal menyediakan wadima. Misalnya, agar tanaman padi tumbuh subur, pada malam Jum’atlah mereka memberikan sesajen kepada Dewi Sri, sang pelindung tanaman padi. Caranya, dengan membakar ikatan jerami di mana didalamnya sudah diletakkan kemenyan. Bila tanaman padi pertumbuhannya jelek akan ditambah dengan sesajian berupa jamu dan obat. Akan tetapi, bila pertumbuhan padinya subur dan mapan akan diberikan sesajian berupa telur.


Pada malam Senin dan malam Kamis orang Jawa berbeda lagi dalam memberi sesaji. Sesajian biasanya ditujukan kepada Rijal dan Poto di kandang kerbau dan sapi, agar hantu-hantu pembawa penyakit pada hewan ternak akan berbaik hati. Dan juga, memberi sesaji kepada Sambangbanger, Pati, Dhengen, serta Baya dan Bayu untuk mencegah penyakit orang dewasa. Untuk mencegah penyakit anak, sesaji biasanya ditujukan kepada Sawan dan Sarap.


Melihat dari ragam sesajiannya, masyarakat Jawa telah memiliki cara ampuh tersendiri dalam memecahkan persoalan hidup. Banyak ritual sesajian dilakukan guna mendapat keberpihakan dari pengampu kebaikan sehingga hidup tenang, tentram tanpa gangguan menjadi pilihan utama. Misalkan, sesaji untuk mendapat berkah, selamatan upacara pernikahan, selamatan menyambut kelahiran anak, upacara untuk memohon keselamatan, selamatan musiman, selamatan untuk orang meninggal, dll. Kendati pun dunia mistis orang Jawa, persoalan roh, benda magis, dan ritual sesajian merupakan kearifan yang patut dihormati dan dihargai.


Karena spektrum dunia mistik orang Jawa sangat luas, maka karya ini akan diterbitkan dalam tiga jilid. Buku pertama mengenai dunia roh. Buku kedua mengenai petangan, yaitu cara memperhitungkan keberuntungan. Dan buku ketiga mengenai orang Tengger. Buku yang menarik ini disusun oleh Capt. R.P. Suyono, yang gemar mengoleksi buku antik. Kemampuannya menguasai bahasa Belanda lama memungkinkan kita menikmati karya Van Hien yang bagus ini. Kandungan kekayaannya akan nuansa-nuansa mistis memberikan wawasan dan hiburan tersendiri.

Tidak ada komentar: