Sabtu, Mei 01, 2010

Buku Di Balik Penjara


Oleh: A Qorib Hidayatullah

Rupa-rupanya, penjara tak melulu sebagai tempat para pesakitan yang terpatologi secara sosial hingga akhirnya mereka tak produktif.

Banyak karya literasi bertengger dahsyat di balik terali penjara. Pada masa kolonial, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan lain-lain membesut pemikiran-pemikirannya di ruang tahanan. Bung Hatta menulis, “Dengan buku, kau boleh memenjarakanku di mana saja. Karena dengan buku, aku bebas!.”

Berbeda dengan temuan Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum saat sidak (inspeksi mendadak) ke Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Satgas mendapati ruang Lembaga Pemasyarakatan yang dihuni Artalyta Suryani (Ayin) dan Limarita (Aling) sangatlah megah. Kehidupan penjara yang ditempati mereka alegori hotel prodeo bintang lima.

Dengan ungkapannya di atas, Bung Hatta memiliki tafsir kenyamanan sendiri untuk mengusir kesumpekan dan kekejian penjara. Tentu, berbeda dengan Ayin dan Aling. Bung Hatta menjadikan buku sebagai alat kemerdekaan kreatifitas dan kronik berkarya untuk publik kendati di penjara. Bukan malah memperkaya fasilitas ruang tahanan dengan penyejuk ruangan, kulkas, TV layar datar, hingga ruang khusus karaoke seperti yang dilakoni Ayin dan Aling.

Prinsip tersebut Hatta buktikan secara konkret. Saat pengasingan dirinya oleh pemerintah Hindia Belanda ke Boven Digul, Papua Selatan, Bung Hatta ditemani buku sebanyak 16 peti. Di tempat pembuangan itulah Bung Hatta membesut Alam Pikiran Yunani yang pada akhirnya buku itu dijadikan mahar (mas kawin) saat menikahi Rahmi Hatta. Dan di Digul pulalah Hatta tekun menurunkan tulisan-tulisannya di surat kabar Adil, Pandji Islam, dan Pedoman Masjarakat.

Di Boven Digul yang masygul, Hatta tak sendirian. Ia ditemani pemikir kritis Sutan Sjahrir. Mereka berdua dikirim ke pembuangan di Digul pada Februari 1934. Di tengah keganasan Digul, Sjahrir juga tekun mengarsiteki tulisan-tulisannya. Tulisan terpenting Sjahrir saat di pengasingan adalah Perjuangan Kita. Tulisan ini yang dikirim langsung oleh Sjahrir dari Digul ke surat kabar Daulat Rakjat.

Sebelum di Digul, Hatta pada 23 September 1927 juga pernah mencicipi penjara di Belanda sebab aktivitas politik di PI (Perhimpunan Indonesia). Selama di ruang tahanan, Hatta merancang pledoi (pidato pembelaan) yang siap disampaikan saat persidangan. Hatta memberi judul pledoinya dengan Indonesie Vrij (Indonesia Merdeka).

Tak melulu Bung Hatta yang menggubah pledoi. Bung Karno saat di penjara pun juga merancang pledoi yang ampuh dengan judul Indonesia Menggugat. Pledoi itu Bung Karno sampaikan di gedung landraad (pengadilan rendah) pemerintah kolonial Hindia Belanda di Bandung. Sebab pledoi itulah, di hari kemudian gedung pengadilan tersebut diberi nama Gedung Indonesia Menggugat (GIM).

Saat Soekarno menjadi presiden dan kekuasaannya menguat, ada anak negeri ini menjadi pelahap buku yang gila dan kemudian dipenjarakan. Ia adalah Sutan Ibrahim atau lazim disebut Tan Malaka. Tan Malaka dipenjarakan karena kekukuhan mengritik kekuasan Soekarno. Dari balik pengurungan dirinya di penjara, Tan Malaka membuat buku Dari Penjara ke Penjara. Buku itu terdiri dari tiga jilid yang menjadi buku penting menjelaskan kehidupan Tan Malaka. Buku autobiografinya itu merupakan buku terakhir yang ditulis Tan Malaka sebelum ditembak oleh tentara pada 21 Februari 1949. Kendati demikian, banyak orang menjuluki Tan Malaka sebagai Bapak Republik yang terlupakan.

Di tengah asumsi masyarakat jamak, penjara sebagai tempat sangat keji, hina, dan kejam. Namun, dalam potret kelam penjara itu banyak tokoh-tokoh bangsa ini menurunkan karya-karya hebatnya di penjara. Penjara lambat laun oleh para pesakitan yang kreatif dimaknai sebagai jalan sunyi seorang penulis.

Pramoedya Ananta Toer misalnya. Pram mengamalkan perilaku prolifik saat dirinya menghabiskan separuh hidupnya di penjara. Ia kerapkali keluar-masuk penjara. Bahkan Pram sendiri pernah mengaku bahwa sejarah hidupnya adalah sejarah perampasan. Tak sedikit dari karya literer Pram dirampas sipir bahkan tentara.

Meski kebebasan dan kreatifitas Pram terenggut, ia pun telaten menyampaikan cerita-cerita kepada sesama tahanan. Pram sering bercerita saat sore hari setelah letih bekerja seharian di ladang sekitar penjara. Cerita-cerita Pram sangat inspiratif dan mampu menyalakan semangat hidup kawan-kawan sebarak.

Wilson Nadaek pernah bertutur, “Ketika seseorang telah beradaptasi dengan kondisi penjara, ia akan terbiasa hidup dalam keadaan yang tak menyenangkan. Perlahan ia mulai mengerti cara membunuh sepi dan penatnya ruang penjara, baik dengan main kartu, berbincang-bincang sesama tahanan, atau menulis.”

Alhasil, sejak di penjara di Pulau Buru, Maluku, Pram mengembrio karya agungnya, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Keempat novel sang maestro Pram itu acap disebut tetralogi Buru. Kesunyian penjara mampu membuat Pram meledakkan kreatifitas yang mencengangkan.

Tak salah bila Michel Foucault di bagian akhir buku Discipline and Punish mengurai genealogi penjara. Foucault berfatwa, “Dengan memasukkan narapidana ke dalam mekanismenya, penjara melatih kembali narapidana, membuatnya patuh, dan menjadikan mereka individu yang berguna.”

Di tengah cengkraman rezim pembredelan buku kembali mengemuka, selayaknya penulis-penulis kritis mencicipi kesunyian penjara sebelum bukunya dilarang dan dipenjarakan.

1 komentar:

CELINA DAHIRU ( True Life Story How i Got Business and Home Money Pinjaman from mother RIKA ANDERSON COMPANY mengatakan...

Nama saya Celina Dahiru dari Dusun Jajar Rt 04 RW 18 Desa Petak Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan Anda semua untuk melihat dengan sangat hati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirimkan perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka, karena mereka kemudian akan meminta pembayaran Biaya lisensi dan biaya transfer, jadi waspadalah terhadap pemberi pinjaman penipuan.

Baru-baru ini, saya secara finansial dibatasi dan putus asa, saya ditipu oleh pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Allah mengarahkan saya Pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp50.000.000 (50 juta) dan baru-baru ini saya mendapat pinjaman lain Rp400.000.000 dalam waktu kurang dari 2 jam tanpa tekanan dan suku bunga hanya 2%.

Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo bank saya dan menemukan bahwa jumlah pinjaman yang saya terapkan secara langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan.

Karena saya berjanji untuk berbagi kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman, silakan hubungi ibu melalui whatsapp asli: +1(929)526-0086 Email: rikaandersonloancompany@gmail.com dan dengan rahmat Tuhan, dia tidak akan mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya .

Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: celinadahiru@gmail.com dan Najwa Mohamed yang juga memperkenalkan dan memberi tahu Ms. Rika Anderson. Anda juga dapat menghubungi dia melalui email: najwamohamedh@gmail.com sekarang. Apa yang akan saya lakukan adalah memenuhi angsuran bulanan pinjaman saya yang saya kirim langsung ke rekening bank perusahaan mereka.

Pinjaman Perusahaan Pinjaman Anderson
www.rikaandersonloancompany.com.
Email: RikaandersonLoancompany@gmail.com
Email: support@rikaandersonloancompany.com
Jalur Kantor: +1(929)526-0086
www.wasap.my/+19295260086/rikaandersonloancompany.
WhatsApp: +1(929)526-0086.